Gerakan
Kebangsaan Indonesia
Boedi
Oetomo
Organisasi
Boedi Oetomo berdiri atas prakarsa Mas Ngabehi Wahidin Sudirohoesodo. Tujuannya
adalah meningkatkan kualitas bangsa melalui kegiatan pengajaran. Tanggal 20 Mei
yang merupakan hari lahir Boedi Oetomo diperingati sebagai Hari Kebangkitan
Nasional. Boedi Oetomo memperluas cakupan dengan melaksanakan pembelajaraan
bahasa Belanda, sebab pada saat itu seseorang akan mustahil menduduki jabatan
birokrasi pada pemerintahan Belanda tanpa memahami bahasa Belanda.
Ada
beberapa kendala yang dihadapi Boedi Oetomo. Pertama, pembatasan keanggotaan
Boedi Oetomo hanya untuk masyarakat Jawa dan Madura. Kedua, Boedi Oetomo tidak
mencampuri urusan politik.
Banyak
dari anggota Boedi Oetomo duduk dalam Dewan Rakyat (Volksraac). Adanya tekanan
pada organisasi pergerakan nasional mengakibatkan Boedi Oetomo mengalami
kemunduran setelah Boedi Oetomo memasuki bidang politik.
Sarekat
Islam (SI)
Sarekat
Islam semula bernama Sarekat Dagang Islam yang didirikan oleh H. Samanhudi di
Surakarta pada tahun 1911. Tujuan awalnya adalah untuk memajukan perdagangan
Indonesia di bawah panji-panji Islam dan untuk menyaingi para pedagang Cina di
Solo. Sarekat Islam juga melawan kecurangan yang dilakukan oleh pemerintah
kolonial. Dalam waktu relatif singkat, SI memiliki banyak pengikut yang terdiri
dari berbagai lapisan masyarakat. Organisasi ini mengalami kemajuan pesat
setelah dipimpin oleh H.O.S. tjokroaminoto.
Dalam
kongres SI tahun 1916 Tjokroaminoto mengatakan cita-cita SI adalah membentuk
suatu bangsa yang memiliki pemerintahan sendiri. Tokoh-tokoh muda yang
berhaluan kiri dan radikal di tubuh SI adalah Semaun, Tan Malaka, dan Darsono.
Adanya tokoh-tokoh yang berhaluan kiri ini mengakibatkan SI terpecah dua, yaitu
SI Putih dan SI Merah. SI Merah berasas komunis, sedangkan SI Putih berasaskan
keislaman. SI Merah dikeluarkan dan SI dan bergabung dengan Partai Komunis
Indonesia.
Muhammadiyah
Muhammadiyah
didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan pada tanggak 18 November 1912. Mulanya tujuan
organisasi ini adalah menyebarkan ajaran Nabi Muhammad SAW dan memajukan agama
Islam. Muhammadiyah mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, tablig Islam, badan
wakaf, serta penerbitan.
Indische
Partij
Indische Partij merupakan organisasi bercorak
politik yang didirikan oleh E.F.E Douwes Dekker atau lebih dikenal dengan nama
Danudirdja Setiabudi pada tanggal 25 Desember 1912.
Tujuan
Indische Partij adalah membangun patriotisme semua indiers (orang
lokal/Indonesia) terhadap tanah air. Melalui karangannya yang dimuat di majalah
Het Tijdschrift dan De Express, Douwes Dekker melancarkan propagandanya
mengenai program “Hindia” untuk setiap gerakan politik yang sehat.
Pada
perayaan 100 tahun kemerdekaan Belanda, Indische Partij membentuk komite yang
disebut bumiputra. Komite ini mengirimkan telegram kepada Ratu Belanda yang
isinya mengusulkan pencabutan pasal III RR (Reglemen op het beleidder
Regeering) tentang pembentukan majelis perwakilan rakyat tuntutan jaminan
kebebasan berpendapat didaerah jajahan. Kegiatan Komite Bumiputra dianggap
berbahaya, pada bulan Agustus 1913 Douwes Dekker, dr Cipto Mangunkusumo, dan
Suwardi Suryaningrat dijatuhi hukuman buang ke negeri Belanda. Permohonan dari
Indische Partij untuk mendapat pengakuan badan hukum ditolak dan organisasi ini
dianggap sebagai organisasi terlarang.
Gerakan
Pemuda
Tri
Koro Dharmo
Tri
Koro Dharmo didirikan oleh Seriman Wirjosandjoyo, Suradi Wongsonegoro dan
Soetomo pada tanggal 7 Maret 1915. Tujuan pendirian Tri Koro Dharmo adalah sebagai
tempat latihan bagi calon-calon pemimpin bangsa atas dasar cinta tanah air.
Pada
kongres Tri Koro Dharmo yang pertama di Solo tahun 1918 ada dua keputusan
penting. Pertama, nama Tri Koro Dharmo diubah menjadi Jong Java. Kedua, tujuan
organisasi dipusatkan untuk membangun persatuan Jawa Raya.
Setelah
kongresnya yang ke 8 pada tanggal 28 Desember 1925 – 2 Januari 1926 di Bandung,
Jong Java turut menigkatkan persatuan dan cita-cita Indonesia merdeka. Mulai
kongres tersebut Jong Java praktis terjun ke politik.
Jong
Sumatranen Bond
Organisasi
ini didirikan pada tanggal 9 Desember 1917 di Gedung Volkslecture Jakarta oleh
pemuda-pemuda Sumatra yang ada di Jakarta. Tujuannya adalah untuk memperkokoh
hubungan antar pelajar asal Sumatra di Jakarta.
Dari
hasil godokan Jong Sumatranen Bond inilah lahir pemimpin bangsa seperti
Muhammad Yamin dan Muhammad Hatta.
Ambon
Organisasi
yang terbentuk adalah Wilhelmina, Ambonsch Studifonds, dan Ambon Bons. Orang
Ambon di luar Ambon mendirikan organisasi Sarekat Ambon. Pimpinannya yang
terkenal adalah A.J. Patiy.
Minahasa
dan Celebes
Pada
tahun 1919 berdiri organisasi Jong Minahasa dan Jong Celebes. Dari pendirian
organisasi ini muncul seorang tokoh muda Minahasa yang terkenal, yaitu Sam
Ratulangi.
Sunda
dan Betawi
Pada tahun 1920 berdiri organisasi pemuda
Sunda di Jakarta dengan nama Sekar Rukun. Selain itu, Pemuda Betawi berhasil
membentuk organisasi bernama Pemuda Betawi di bawah pimpinan Moh. Husni
Thamrin.
Timor
Para
pemuda Timor berkumpul dan mendirikan perserikatan pemuda-pemuda Timor
(Timorsche Verbond) di Makassar pada tahun 1922. Pada tahun yang sama, berdiri
pula Jong Bataks Bond yang merupakan pecahan Jong Sumatranen Bond.
Organisasi
Kepanduan
Jumlah organisasi kepemudaan yang semakin banyak
mendorong munculnya keinginan untuk membentuk suatu wadah organisasi kepanduan.
Dibentuklah organisasi kepanduan di antara Javaansche Padvinders Organisatie
(JPO), Nationale Islamietische Padvinderij (NATIPY), dan Pandu Pemuda Sumatra
(PPS).
Dibentuknya
Persaudaraan Antara Pandu Indonesia (PAPI) yang merupakan gabungan dari
organisasi kepanduan agar organisasi-organisasi panduan bekerja semakin
efektif. PAPI dianggap tidak dapat
mengakomodasikan aspirasi seluruh organisasi. Dan pada tahun 1918 didirikan
Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) sebagai jawaban atas
keinginan membentuk wadah kerja sama yang bisa menjadi perekat semua organisasi
kepanduan.
Taman
Siswa
Taman
Siswa berdiri tanggal 3 Juli 1922 atas prakarsa R.M Suwardi Suryaningrat yang
lebih terkenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Tujuannya adalah untuk memajukan
bidang pendidikan.
Asas
Taman Siswa diwujudkan dalam sistem among sebagai berikut.
1. Tut
Wuri Handayani.
2. Ing
Madya Mangun Karsa.
3. Ing
Ngarso Sung Tulodo.
Keluarnya
Wilde Scholen Ordonantie atau Undang-Undang Sekolah Liar membuat perjuangan
Taman Siswa menghalami hambatan.
Perjuangan
mereka (PSII, PNI Baru, Boedi Oetomo, Muhammadiyah, Partindo, Permi, dan
beberapa organisasi perjuangan lainnya) berhasil, terbukti dengan dicabutnya UU
Sekolah Liar pada tahun 1933.
Partai
Komunis Indonesia
Keberadaan
paham komunis di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari nama seorang pemimpin
buruh Belanda bernama H.J.F.M Sneevliet yang masuk ke Indonesia tahun 1913. Ia
lalu mendirikan organisasi Inndische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV)
tahun 1914 bernama J.A Brandsteder, H.W. Dekker, dan P. Bergsma.
Pada
kongres ISDV 3 Mei 1920 nama ISDv diubah menjadi Partai Komunis Hindia.
Selanjutnya pada bulan Desember berubah nama lagi menjadi Partai Komunis
Indonesia (PKI).
Setelah
merasa semakin mapan dan besar, PKI mengadakan pemberontakan yang dikenal
sebagai pemberontakan PKI 1926. Pemberontakan ini dirancang oleh tokoh-tokoh
PKI seperti Sardjono, Budi Sutjipto, dan Sugono.
Banyak
pengikut PKI berhasil ditangkap dan dibuang ke Tanah Merah, Digul, dan Papua.
Akhirnya, Partai Komunis Indonesia dinyataka sebagai partai terlarang.
Perhimpunan
Indonesia
Dalam
tahun yang sama lahirlah Boedi Oetomo, terbentuk pula sebuah perkumpulan dengan
nama Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia) yang bergerak di bidang sosial.
Tiga serangkai, yaitu Douwes Dekker, dr Cipto
Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat berhasil mengubah perhimpunan yang dahulu
berorientasi sosial diarahkan ke orientasi politik.
Asas
Indische Vereeniging yaitu:
·
Penentuan nasib sendiri;
·
Perjuangan mengandalkan kekuatan
dan kemampuan sendiri;
·
Bangsa Indonesia harus
bersatu melawan penjajah.
Partai
Nasional Indonesia (PNI)
Perserikatan
Nasional Indonesia mempunyai hubungan yang erat dengan Perhimpunan Indonesia
(PI) karena sama-sama memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Pada
kongres PNI pertama di Surabaya 27 – 30 Mei 1928 dibicarakan rencana kerja dan
anggaran dasar PNI. Kongres juga mengukuhkan Ir. Soekarno sebagai ketua PNI.
Nama Perserikatan Nasional Indonesia diubah menjadi Partai Nasional Indonesia.
Pemerintah
Belanda cemas dengan kemajuan PNI dalam waktu relatif singkat dan sikapnya yang
nonkooperatif, apalagi setelah tersiar isu bahwa PNI akan mengadakan
pemberontakan pada tahun 1930, pemerintah Belanda semakin khawatir. Untuk
mengantisipasinya, pemerintah Belanda melakukan penangkapan dan penggeledahan
terhadap tokoh-tokoh PNI. Pada 29 Desember 1929 Ir. Soekarno dan kawan-kawannya
ditangkap di Yogyakarta dan dibawa ke Bandung.
Ir.
Seokarno membela diri dengan membacakan tulisannya “Indonesia Menggugat”. Ir.
Soekarno mengatakan “kini sudah semakin jelas bahwa pergerakan nasional di
Indonesia bukanlah bikinan kaum intelektual dan komunis saja, tetapi merupakan
reaksi umum yang wajar dari rakyat jajahan yang di dalam batinnya telah
menderita. Revolusi sekelompok kaum intelektual tetapi revolusinya bagian
terbesar dari rakyat dunia yang terbelakang dan diperbudak.”
Penangkapan
Ir. Soekarno membuat kaum nasional merasa sangat terpukul. Oleh sebeb itu, pada kongres luar biasa di
Jakarta April 1931 PNI akhirnya dibubarkan. Hal itu dilakukan demi keselamatan
anggotanya.
Mantan
anggota PNI mendirikan Partai Indonesia (Partindo) pada 1 Mei 1931 dengan
ketuanya Sartono. Sementara Moh Hatta, Sutan Sjahrir dan kawan-kawannya
mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia.
Gerakan
Wanita
Sampai
pada pertengahan abad ke 19, peranan wanita Indonesia sangat kecil dibandingkan
dengan laki-laki.
Kemudian
lahir duatu gerakan emansipasi yang dipelopori oleh R.A. Kartini. Berbagai
perkumpulan wanita pun berdiri, contohnya perkumpulan Keoetamaan Isteri yang
diasuh oleh Dewi Sartika. Fokus perhatiannya adalah pendidikan untuk wanita.
Salah satu organisasi kewanitaan yang paling tua adalah Putri Mardika yang
berdiri tahun 1912.
Di
luar Jawa, organisasi yang terbentuk antara lain Keradjinan Amal Setia,
Keoetamaan Istri Mminangkabau, Sarekat Iboe Sumatra, dan Ina Tuni. Muncul
perkumpulan wanita yang radikal dan nonkooperatif dengan pemerintah Belanda,
seperti Perkumpulan Istri Sedar. Tujannya adalah meningkatkan kesadaran kaum
wanita dan mulai menginginkan kemerdekaan bagi bangsanya.
Kongres
Perempuan I di Yogyakarta pada tahun 1928 dan Kongres Perempuan II di Jakarta
pada tanggal 22 Desember 1930. Tanggal tersebut kemudian dikukuhkan sebagai
Hari Ibu.
Kongres
Pemuda
Kongres pada tanggal 30 April – 2 Mei 1926,
dihadiri oleh wakil-wakil dari organisasi pemuda seperti Jong Java, Jong
Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Islamite Bond, Sekar Rukun, Jong Batak, dan
Jong Minahasa.
Tujuan
dari Kongres:
Membentuk badan sentral organisasi kepemudaan
Memajukan paham persatuan kebangsaan
Mempererat hubungan di antara semua
perkumpulan pemuda kebangsaan.
Kongres
Pemuda I ini menerima dan mengakui cita-cita persatuan Indonesia walaupun
rumusannya belum jelas. Kongres juga belum berhasil membentuk suatu organisasi
fusi dari berbagai organisasi pemuda, tetapi, usaha ke arah itu terus berjalan.
Kongres Pemuda II berlangsung tanggal 26-28 Oktober 1928 dan dihadiri oleh
kurang lebih 750 pemuda yang berasal dari organisasi kepemudaan di Indonesia.
Kongres ini melahirkang semangat nasionalisme yang lebih tinggi dari kongres
pemuda sebelumnya. Utusan para pemuda mengucapkan sumpah setia “satu nusa, satu
bangsa, dan satu bahasa”. Dalam acara penutupan, dinyayikan lagu Indonesia Raya
ciptaan W. R Supratman. Simbol persatuan adalah pengibaran bendera Merah Putih
yang diiringi lagu nasional Indonesia Raya.
Pernyataan dalam
sumpah pemuda itu merupakan perwujudan dari identitas nasional.
Partai
Indonesia Raya (Parindra)
Di Surabaya terdapat
kelompok studi Indonesia yang banyak berjasa dalam pergerakan nasional,
khususnya di daerah Jawa Timur.
Kelompok
studi ini kemudian mengubah amanya menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI)
pada tahun 1930. Persatuan Bangsa Indonesia memilih arah bidang politik dengan
sasaran masyarakat pedesaan dan menjalani kerjasama dengan Boedi Oetomo,
Serikat Celebes, Serikat Sumatra, Ambon, serta Perkumpulan Kaum Betawi. Mereka
kemudian melebur dan membentuk Partai Indonesia Raya (Parindra) dengan ketuanya
Sutomo. Bergabung pula tokoh pergerakan nasional lainnya seperti Husni Thamrin,
K.R.M.H. Wuryaningrat dan Sukarjo Wiryopranoto.
Parindra mempunyai tujuan membentuk Indonesia yang mulia
dan sempurna. Organisasi ini mengambil jalan koopertif. Tujuannya untuk
menghindar agar jangan sampai dibubarkan pemerintah kolonial Belanda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar